Ayah dan kata cintanya yang dingin




Ayah tidak banyak bicara. Cintanya tidak pernah ku dengar dalam bentuk kata-kata. Tangannya kasar ketika kusalami. Wajahnya berminyak ketika aku berusaha mencium pipinya. Cinta ayah begitu dingin, tidak berbahasa.
Aku tidak pernah mendengar ayah bertanya tentang perasaanku. Tidak di hari dimana usia ku menginjak dua puluh satu. Ayah diam saja bagai tidak peduli. Ayah yang tidak pernah menghubungi lebih dulu. Ayah yang entah bagaimana ibu bisa jatuh cinta kepadanya. Aku tidak mengerti.
Sewaktu hari akadku, aku baru pertama melihat ayah menangis didepan mataku. Memelukku lebih lama dan hangat sekali rasanya. Ada dingin yang mencari, ada cinta yang terbahasakan dalam sebuah restu. Ayah memang begitu. Dan aku mencintai ayahku yang seperti itu.
Karena aku tahu suatu hari bahwa bahasa cinta ayah bukanlah kata-kata. Cinta telah berubah dari kata sifat menjadi kata kerja. Setiap hal yang ayah lakukan karena kecintaannya, padaku. Ayah memang demikian. Meski demikian, ayah tetaplah yang terbaik.

Komentar